Senin, 19 November 2012

Little Biography of Ecky

Nama saya Ecky Pradita, nama panggilan saya Ecky, saya tinggal di Jalan Madrasah Raya RT 002 RW 01 nomor 112 Kalideres, Jakarta Barat. Saya lulus sekolah SD,SMP dan SMA. Untuk SD saya bersekolah di SDN 03 pagi Kalideres, lalu SMPN 169 Jakarta, dan SMAN 84 Jakarta.
Saya anak pertama dari satu bersaudara, saya merupakan anak satu-satunya, saya tinggal bersama ibu saya, karena ayah saya telah meninggalkan saya sejak saya berumur delapan bulan. Saya tidak pernah mengenal siapa ayah saya,apa pekerjaannya dan dimana rumahnya. Terkadang saya sangat sedih bila melihat anak-anak lain selalu pergi dengan ayahnya,sedangkan saya hanya bisa melihat kebahagiaan orang lain itu dari jauh. Sebenarnya hati ini sangatlah miris,dilema dan bingung. Satu sisi saya ingin bertemu dan rindu ayah saya,sisi lainnya saya benci dengan beliau karena telah menyia-nyiakan saya dan ibu saya. Saya sangat ingin suatu saat mencari beliau,dan ingin bertanya kepadanya banyak hal. Apa saya dimata beliau tidak berarti apa-apa? Saya bingung dengan sikap beliau, hanya demi ego sendiri tega-teganya menelantarkan anak dan istrinya. Walaupun begitu saya tetap mendoakan kedua orangtua saya karena jika tidak ada salah satu diantara mereka maka tidak akan ada saya di dunia ini.
Suatu saat saya ingin sekali punya seorang adik, sampai-sampai saya selalu berkhayal memiliki seorang adik, karena sangat sepinya hidup saya ini. Saya selalu berkhayal memiliki adik laki-laki yang bisa diajak bermain sepak bola, bercanda, bermain, dan bercerita. Saya juga sangat membutuhkan seseorang yang bisa memberi saya semangat seperti seorang kakak, tapi itu semua hanyalah sebuah harapan yang tidak akan terjadi, karena ayah dan ibu saya tidak akan mungkin bersatu lagi. Saya tahu bahwa saya mempunyai banyak adik dari ayah saya dengan istrinya yang lain, namun tetap saja jika bukan adik kandung sangat aneh rasanya. Saya juga terkadang membayangkan adik-adik saya itu seperti apa, apakah sudah besar, lucu-lucu, pintar dan sopan. Sekali lagi, itu hanya bayangan saya saja dan tidak terjadi secara real.
Selanjutnya saya bercerita tentang ibu saya. Ibu saya hanya tinggal dengan saya dan beliau bekerja sebagai buruh borongan di pabrik, dan itupun sangat tidak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Saya di Jakarta hanya mengontrak dua petak kamar yang sangat sempit, namun saya sangat bersyukur karena tidak ada lagi kontrakan yang murah di Jakarta. Di kontrakan saya ini juga sering banjir jika hujan sangat deras,bahkan sampai masuk ke dalam kamar.
Dalam kehidupan sehari-hari kami berdua makan seadanya dan tidak memilih-milih, apa yang ada dan dibeli itu yang kami makan. Ibu saya berasal dari Yogyakarta tepatnya Bantul. Setiap Idul Fitri saya pulang kampung untuk menengok kakek saya di kampung yang hanya tinggal sendiri karena nenek saya sudah lama meninggal. Walaupun saya sering pulang kampung tapi saya tetap sedih karena ibu saya tidak ikut serta dengan saya. Ibu tidak ikut pulang kampung karena keterbatasan biaya dan biasanya ibu tidak libur bekerja. Kebetulan lebaran kemarin ibu ikut serta pulang kampung dengan saya dan itupun berkat pinjaman uang dari tetangga.
Saya ini anak yang tidak terlalu pintar, namun saya tetap semangat, selalu ingin belajar, dan selalu ingin tahu apa yang belum saya tahu. Saya di sekolah hanya berkemampuan rata-rata, di SD dan SMP saya selalu dapat rangking 10 besar, namun saat SMA hanya bisa mencapai 20 besar. Walaupun seperti itu saya tidak patah semangat untuk terus berusaha supaya saya tetap bisa dan senang untuk belajar.
Saat SMA saya aktif dalam keorganisasian yaitu rohis dan paskibra, yang notabene bertentangan tapi saling mendukung, karena rohis berkecimpung dalam batiniah dan rohaniah, sedangkan paskibra dalam hal fisik dan mental. Prestasi yang sudah saya dapat di organisasi yaitu saya dan angkatan saya selalu menang dalam lomba PBB baris berbaris di sekolah-sekolah sejabodetabek. Saya sangat senang melakukan itu semua namun itu semua terkadang membuat ibu saya marah karena saya jarang berada di rumah karena harus terus latihan di sekolah. Tapi setelah saya pikir daripada saya melakukan hal-hal negatip seperti tawuran lebih baik saya ikut organisasi.
Selain saya aktif di organisasi saya juga sering melakukan belajar kelompok dengan teman sebangku saya dan teman yang berbeda kelas tapi satu jurusan. Saya sangat senang dapat belajar kelompok karena tidak harus mengeluarkan biaya yang besar seperti kursus dan les di tempat-tempat bimbel. Saya juga pernah merengek kepada ibu saya untuk mengursuskan saya di tempat bimbel tapi ibu saya tidak memiliki biaya dan saya pun mengerti dengan keadaan seperti ini. Untuk biaya sekolah saja sulit apalagi harus kursus yang sampai berjuta-juta.
Walaupun tidak kursus Alhamdulillah saya bisa lulus dari sekolah dan mendapat nilai yang tidak kalah memuaskan dengan anak-anak yang ikut kursus. Tapi memuaskan saja belum cukup buat saya, saya masih ingin menjadi sangat memuaskan. Untuk mendapatkan itu saya harus berusaha lebih giat dan lebih keras lagi.
Saya di rumah biasanya hanya membaca buku komik, novel, keagamaan, dan terkadang buku pelajaran. Saya juga suka menonton televisi, mendengarkan radio atau musik, dan berselancar di dunia maya. Walaupun hobi saya sangat banyak, saya tidak lupa membantu pekerjaan rumah seperti mengepel lantai, menyapu, mencuci piring, mencuci pakaian, dan menyetrika pakaian. Itu semua saya lakukan untuk membantu ibu yang sudah sangat lelah bekerja.
Selain saya membantu ibu saya dengan pekerjaan rumah, saya juga mengajar untuk anak-anak SD kelas enam, sekarang sudah ada empat orang anak yang saya bimbing. Saya juga tidak mematok biaya untuk mereka karena saya tahu mereka juga kurang mampu seperti saya,  jadi saya ikut merasakan kesusahan mereka. Saya sangat senang mengajar, karena dalam mengajar saya dapat mengulang-ulang lagi pelajaran yang sudah lama tidak saya pelajari lagi. Terkadang saya juga terhibur dengan tingkah laku anak-anak itu. Saya juga sering berpikir, apakah saya dahulu juga sama seperti mereka. Tapi setelah saya pikir lebih dalam, ternyata saya lebih kurang beruntung dari mereka, karena saya saat seumuran mereka saya tidak ada yang mengajari pelajaran dan alhasil saya belajar sendiri.
Setelah lulus saya pernah mengikuti beasiswa ke luar negeri, yaitu ke Rusia, namun tidak jadi karena terganjal masalah administrasi, saat itu saya dapat beasiswa kedokteran di Rusia. Semua persyaratan sudah saya siapkan seperti ijazah, akte, SKHUN yang semuanya ditranslate ke bahasa Inggris sekaligus di sahkan oleh notaris. Namun saat itu untuk pengiriman persyaratan tersebut dibutuhkan biaya dan untuk pengurusan visa serta surat paspor juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu saya urungkan niat saya untuk ke luar negeri, saat itu saya sangat kecewa dan sedih sekali karena kesempatan emas itu saya lewatkan begitu saja.
Setelah saya lulus sekolah juga saya pernah bekerja di PT Lion Air sebagai call center, namun itu hanya kurang dari setahun. Padahal saya bisa bekerja di sana sangat sulit testnya, tapi Alhamdulillah saya bisa diterima di sana. Saya keluar dari Lion Air karena beberapa hal, yang pertama saya ingin melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), kedua saya tidak tahan dengan peraturannya yang seperti di penjara, ketiga karena gaji untuk pegawainya tidak naik-naik padahal UMR Jakarta sudah naik.
Setahun sudah saya tidak memegang dan membaca buku, karena saya berniat masuk PTN jadi saya ikut Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN),dan saya kembali membaca buku pelajaran. Saya daftar sebulan sebelum ujian. Setiap hari saya terus belajar dan belajar, sharing di jejaring sosial, dan banyak bertanya dengan orang-orang yang sudah berpengalaman. Adakalanya saya jenuh dan pusing dalam belajar, hingga tiba saatnya hari ujian SNMPTN, saya kebetulan dapat lokasi ujian di SMAN 8 Jakarta yang berlokasi di pasar minggu dekat dengan kampus UNINDRA. Saya di sekolah itu hanya sendiri, maksudnya tidak ada orang yang saya kenal.
Saat hari pertama ujian saya sangat terkejut karena ternyata saya mendapat tempat duduk paling depan dekat dengan meja pengawas. Hari pertama yaitu ujian Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Kemampuan Dasar (TKD), saya yakin bisa mengerjakan TPA yaitu delapan puluh persen benar sedangkan TKD hanya yakin bisa empat puluh persen yang benar selebihnya kosong,karena kalau diisi semua nilai bisa banyak minusnya. Hari pertama saya merasa masih lumayan lancar.
Saat hari kedua saya dikejutkan dengan soal kemampuan IPA yang sangat-sangat sulit, tapi Alhamdulillah saya yakin enam puluh persen benar dan sisanya kosong. Karena saya ikut IPC jadinya saya juga mengerjakan soal IPS, pada saat saya mengerjakan kemampuan IPS saya sangat tenang namun yang saya yakin hanya tiga puluh persen yang benar, sepuluh persen salah, dan enam puluh persen kosong. Hari kedua menurut saya tidak selancar hari pertama.
Saat pulang pada hari kedua saya sangat pesimis, karena menurut saya banyak yang kosong dan mungkin banyak yang salah. Pengumuman SNMPTN sebulan setelah ujian tepatnya tanggal 6 juli 2012. Saya memilih Institut Pertanian Bogor jurusan Perikanan budidaya, Universitas Jenderal Soedirman jurusan Peternakan, dan Universitas Jember jurusan Hubungan Internasional. Saya sangat berharap bisa lolos pilihan pertama yaitu IPB karena teman saya ada yang masuk IPB dan saya pun sangat menyukai perikanan selain saya menyukai komputer.
Pada saat tanggal 6 juli saya tidak peduli dengan hasil SNMPTN, saya pergi dengan teman-teman saya sampai jam delapan malam, padahal pengumuman dibuka pada pukul tujuh malam. Karena saya sudah dapat kabar dari teman bahwa saya tidak lolos ke IPB jadi saya sangat pesimis dengan hasil yang lainnya.
Setelah saya sampai di rumah, saya dengan malasnya membuka notebook saya lalu online membuka web SNMPTN dan saya masukkan kode saya dan passwordnya,pada saat itu prosesnya sangat lama mungkin karena banyak yang sedang melihat hasilnya. Tanpa diduga-duga ada sebuah kalimat yang membuat saya melayang dan gemetar yaitu “SELAMAT”. Lebih lengkapnya “SELAMAT ATAS NAMA ECKY PRADITA NOMOR xxxxxxxxxx DITERIMA DI FAKULTAS PETERNAKAN, UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN”. Hati saya sangat senang sekali, lalu saya beritahukan kepada ibu saya,dan beliaupun sangat senang dan bangga.
Keesokan harinya saya mengikuti ujian masuk UNINDRA, dengan senang hati mengerjakan ujian tersebut karena dalam benak saya sudah terpikirkan suasana di desa yaitu di Purwokerto. Padahal saat itu soal-soal dari UNINDRA sangat tidak mudah tapi karena hati saya sedang senang jadi Alhamdulillah saya bisa menyelesaikannya tepat waktu. Lalu hari berikutnya saya diberitahukan berapa biaya persemester di UNSOED, saya sangat tercengang dengan biaya yang diberitahukan pihak unsoed.
Setelah itu saya mendapat pengumuman dari unindra bahwa saya lulus ujian masuk unindra, saya disudutkan oleh dua pilihan, saat itu saya sangat bingung sehingga saya meminta pendapat ibu saya. Setelah saya meminta pendapat ibu saya, akhirnya saya lebih memilih masuk unindra dan unsoed saya lepas. Dalam hati saya sebenarnya masih sangat tidak rela, karena menurut saya bisa lulus SNMPTN itu sangatlah sulit, ini merupakan kesempatan yang langka. Tapi apa boleh buat mungkin belum rezeki saya masuk PTN. Mungkin saya bisa lebih baik di swasta. Tapi saya tahun ini ingin mencoba lagi SNMPTN karena saya masih penasaran dengan IPB, dan saya ingin lolos masuk IPB.
Saya dan ibu hidup di Jakarta sebenarnya banyak saudara-saudara ibu yang tinggal di daerah yang saya tinggali ini. Tapi tetap saja tidak ada yang membantu ibu saya yang kesulitan ini, bahkan mereka mencaci ibu saya. Terutama kakak dari ibu saya, beliau orang yang mampu namun tutup mata dengan keadaan adiknya yang susah. Ibu kemarin meminjam uang beliau untuk biaya kuliah saya saja tidak dipinjamkan, beliau mencaci maki ibu saya. Saya sebagai anak sangat tidak senang, dan saya akan membuktikan kepada Bude (sebutan kakak perempuan dari orangtua dalam bahasa jawa) kalau saya bisa sukses tanpa bantuan beliau. Dan saya akan membuktikan kalau saya mampu dan akan melebihi beliau.
Sebenarnya masih banyak cerita yang ingin saya ceritakan, namun berhubung yang saya ingat hanya ini, jadi saya akhiri saja. Dan kesimpulan dari cerita hidup saya yaitu, saya Ecky seorang anak biasa yang terus gigih, semangat, dan rela berkorban untuk membahagiakan ibu saya yang membesarkan saya dari kecil seorang diri tanpa adanya seorang suami. Saya hidup sangat kekurangan sejak dahulu dan selalu prihatin oleh keadaan, jikalau sedang sulit kami menangis bersama, dan dikala sedang bahagia kami tertawa bersama.
Saya selalu berjanji dalam hati saya, bahwa saya tidak akan seperti ayah saya. Saya tidak ingin anak saya kelak merasakan kesedihan yang saya rasakan sejak kecil sampai sekarang. Saya ingin anak saya kelak mempunyai orangtua yang utuh dan hidup enak. Harapan untuk ibu saya yaitu jika saya sudah sukses, saya ingin membuatkan ibu saya rumah dan ingin menaikan ibu saya haji. Dan saya juga selalu selalu berdoa kepada Allah semoga kami berdua selalu diberikan kesehatan dan keimanan yang kuat sehingga tidak mudah dijerumuskan oleh bisikan setan.
Menurut saya cukup sekian biografi singkat mengenai hidup saya, dan banyak kisah hidup saya yang dapat diambil pelajaran dan sebagai inspirasi kedepannya. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam hal penulisan, saya sangat mengharapkan kritikan dan saran. Akhir kata saya mengucapakan terima kasih.

2 komentar:

comment this post !!!