Nama
saya Ecky Pradita, nama panggilan saya Ecky, saya tinggal di Jalan Madrasah
Raya RT 002 RW 01 nomor 112 Kalideres, Jakarta Barat. Saya lulus sekolah SD,SMP
dan SMA. Untuk SD saya bersekolah di SDN 03 pagi Kalideres, lalu SMPN 169
Jakarta, dan SMAN 84 Jakarta.
Saya
anak pertama dari satu bersaudara, saya merupakan anak satu-satunya, saya
tinggal bersama ibu saya, karena ayah saya telah meninggalkan saya sejak saya
berumur delapan bulan. Saya tidak pernah mengenal siapa ayah saya,apa pekerjaannya
dan dimana rumahnya. Terkadang saya sangat sedih bila melihat anak-anak lain
selalu pergi dengan ayahnya,sedangkan saya hanya bisa melihat kebahagiaan orang
lain itu dari jauh. Sebenarnya hati ini sangatlah miris,dilema dan bingung.
Satu sisi saya ingin bertemu dan rindu ayah saya,sisi lainnya saya benci dengan
beliau karena telah menyia-nyiakan saya dan ibu saya. Saya sangat ingin suatu
saat mencari beliau,dan ingin bertanya kepadanya banyak hal. Apa saya dimata
beliau tidak berarti apa-apa? Saya bingung dengan sikap beliau, hanya demi ego
sendiri tega-teganya menelantarkan anak dan istrinya. Walaupun begitu saya
tetap mendoakan kedua orangtua saya karena jika tidak ada salah satu diantara
mereka maka tidak akan ada saya di dunia ini.
Suatu
saat saya ingin sekali punya seorang adik, sampai-sampai saya selalu berkhayal
memiliki seorang adik, karena sangat sepinya hidup saya ini. Saya selalu
berkhayal memiliki adik laki-laki yang bisa diajak bermain sepak bola,
bercanda, bermain, dan bercerita. Saya juga sangat membutuhkan seseorang yang
bisa memberi saya semangat seperti seorang kakak, tapi itu semua hanyalah
sebuah harapan yang tidak akan terjadi, karena ayah dan ibu saya tidak akan
mungkin bersatu lagi. Saya tahu bahwa saya mempunyai banyak adik dari ayah saya
dengan istrinya yang lain, namun tetap saja jika bukan adik kandung sangat aneh
rasanya. Saya juga terkadang membayangkan adik-adik saya itu seperti apa,
apakah sudah besar, lucu-lucu, pintar dan sopan. Sekali lagi, itu hanya
bayangan saya saja dan tidak terjadi secara real.
Selanjutnya
saya bercerita tentang ibu saya. Ibu saya hanya tinggal dengan saya dan beliau
bekerja sebagai buruh borongan di pabrik, dan itupun sangat tidak cukup untuk
membiayai kehidupan sehari-hari. Saya di Jakarta hanya mengontrak dua petak
kamar yang sangat sempit, namun saya sangat bersyukur karena tidak ada lagi
kontrakan yang murah di Jakarta. Di kontrakan saya ini juga sering banjir jika
hujan sangat deras,bahkan sampai masuk ke dalam kamar.
Dalam
kehidupan sehari-hari kami berdua makan seadanya dan tidak memilih-milih, apa
yang ada dan dibeli itu yang kami makan. Ibu saya berasal dari Yogyakarta
tepatnya Bantul. Setiap Idul Fitri saya pulang kampung untuk menengok kakek
saya di kampung yang hanya tinggal sendiri karena nenek saya sudah lama
meninggal. Walaupun saya sering pulang kampung tapi saya tetap sedih karena ibu
saya tidak ikut serta dengan saya. Ibu tidak ikut pulang kampung karena
keterbatasan biaya dan biasanya ibu tidak libur bekerja. Kebetulan lebaran
kemarin ibu ikut serta pulang kampung dengan saya dan itupun berkat pinjaman
uang dari tetangga.
Saya
ini anak yang tidak terlalu pintar, namun saya tetap semangat, selalu ingin
belajar, dan selalu ingin tahu apa yang belum saya tahu. Saya di sekolah hanya
berkemampuan rata-rata, di SD dan SMP saya selalu dapat rangking 10 besar,
namun saat SMA hanya bisa mencapai 20 besar. Walaupun seperti itu saya tidak
patah semangat untuk terus berusaha supaya saya tetap bisa dan senang untuk
belajar.
Saat
SMA saya aktif dalam keorganisasian yaitu rohis dan paskibra, yang notabene
bertentangan tapi saling mendukung, karena rohis berkecimpung dalam batiniah
dan rohaniah, sedangkan paskibra dalam hal fisik dan mental. Prestasi yang
sudah saya dapat di organisasi yaitu saya dan angkatan saya selalu menang dalam
lomba PBB baris berbaris di sekolah-sekolah sejabodetabek. Saya sangat senang
melakukan itu semua namun itu semua terkadang membuat ibu saya marah karena
saya jarang berada di rumah karena harus terus latihan di sekolah. Tapi setelah
saya pikir daripada saya melakukan hal-hal negatip seperti tawuran lebih baik
saya ikut organisasi.
Selain
saya aktif di organisasi saya juga sering melakukan belajar kelompok dengan
teman sebangku saya dan teman yang berbeda kelas tapi satu jurusan. Saya sangat
senang dapat belajar kelompok karena tidak harus mengeluarkan biaya yang besar
seperti kursus dan les di tempat-tempat bimbel. Saya juga pernah merengek
kepada ibu saya untuk mengursuskan saya di tempat bimbel tapi ibu saya tidak
memiliki biaya dan saya pun mengerti dengan keadaan seperti ini. Untuk biaya
sekolah saja sulit apalagi harus kursus yang sampai berjuta-juta.
Walaupun
tidak kursus Alhamdulillah saya bisa lulus dari sekolah dan mendapat nilai yang
tidak kalah memuaskan dengan anak-anak yang ikut kursus. Tapi memuaskan saja
belum cukup buat saya, saya masih ingin menjadi sangat memuaskan. Untuk
mendapatkan itu saya harus berusaha lebih giat dan lebih keras lagi.
Saya
di rumah biasanya hanya membaca buku komik, novel, keagamaan, dan terkadang
buku pelajaran. Saya juga suka menonton televisi, mendengarkan radio atau musik,
dan berselancar di dunia maya. Walaupun hobi saya sangat banyak, saya tidak
lupa membantu pekerjaan rumah seperti mengepel lantai, menyapu, mencuci piring,
mencuci pakaian, dan menyetrika pakaian. Itu semua saya lakukan untuk membantu
ibu yang sudah sangat lelah bekerja.
Selain
saya membantu ibu saya dengan pekerjaan rumah, saya juga mengajar untuk
anak-anak SD kelas enam, sekarang sudah ada empat orang anak yang saya bimbing.
Saya juga tidak mematok biaya untuk mereka karena saya tahu mereka juga kurang
mampu seperti saya, jadi saya ikut
merasakan kesusahan mereka. Saya sangat senang mengajar, karena dalam mengajar
saya dapat mengulang-ulang lagi pelajaran yang sudah lama tidak saya pelajari
lagi. Terkadang saya juga terhibur dengan tingkah laku anak-anak itu. Saya juga
sering berpikir, apakah saya dahulu juga sama seperti mereka. Tapi setelah saya
pikir lebih dalam, ternyata saya lebih kurang beruntung dari mereka, karena
saya saat seumuran mereka saya tidak ada yang mengajari pelajaran dan alhasil
saya belajar sendiri.
Setelah
lulus saya pernah mengikuti beasiswa ke luar negeri, yaitu ke Rusia, namun
tidak jadi karena terganjal masalah administrasi, saat itu saya dapat beasiswa
kedokteran di Rusia. Semua persyaratan sudah saya siapkan seperti ijazah, akte,
SKHUN yang semuanya ditranslate ke bahasa Inggris sekaligus di sahkan oleh
notaris. Namun saat itu untuk pengiriman persyaratan tersebut dibutuhkan biaya
dan untuk pengurusan visa serta surat paspor juga membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karena itu saya urungkan niat saya untuk ke luar negeri, saat itu
saya sangat kecewa dan sedih sekali karena kesempatan emas itu saya lewatkan
begitu saja.
Setelah
saya lulus sekolah juga saya pernah bekerja di PT Lion Air sebagai call center,
namun itu hanya kurang dari setahun. Padahal saya bisa bekerja di sana sangat
sulit testnya, tapi Alhamdulillah saya bisa diterima di sana. Saya keluar dari
Lion Air karena beberapa hal, yang pertama saya ingin melanjutkan kuliah di
Perguruan Tinggi Negeri (PTN), kedua saya tidak tahan dengan peraturannya yang
seperti di penjara, ketiga karena gaji untuk pegawainya tidak naik-naik padahal
UMR Jakarta sudah naik.
Setahun
sudah saya tidak memegang dan membaca buku, karena saya berniat masuk PTN jadi
saya ikut Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN),dan saya
kembali membaca buku pelajaran. Saya daftar sebulan sebelum ujian. Setiap hari
saya terus belajar dan belajar, sharing di jejaring sosial, dan banyak bertanya
dengan orang-orang yang sudah berpengalaman. Adakalanya saya jenuh dan pusing
dalam belajar, hingga tiba saatnya hari ujian SNMPTN, saya kebetulan dapat
lokasi ujian di SMAN 8 Jakarta yang berlokasi di pasar minggu dekat dengan
kampus UNINDRA. Saya di sekolah itu hanya sendiri, maksudnya tidak ada orang
yang saya kenal.
Saat
hari pertama ujian saya sangat terkejut karena ternyata saya mendapat tempat
duduk paling depan dekat dengan meja pengawas. Hari pertama yaitu ujian Tes
Potensi Akademik (TPA) dan Tes Kemampuan Dasar (TKD), saya yakin bisa
mengerjakan TPA yaitu delapan puluh persen benar sedangkan TKD hanya yakin bisa
empat puluh persen yang benar selebihnya kosong,karena kalau diisi semua nilai
bisa banyak minusnya. Hari pertama saya merasa masih lumayan lancar.
Saat
hari kedua saya dikejutkan dengan soal kemampuan IPA yang sangat-sangat sulit,
tapi Alhamdulillah saya yakin enam puluh persen benar dan sisanya kosong.
Karena saya ikut IPC jadinya saya juga mengerjakan soal IPS, pada saat saya
mengerjakan kemampuan IPS saya sangat tenang namun yang saya yakin hanya tiga
puluh persen yang benar, sepuluh persen salah, dan enam puluh persen kosong.
Hari kedua menurut saya tidak selancar hari pertama.
Saat
pulang pada hari kedua saya sangat pesimis, karena menurut saya banyak yang
kosong dan mungkin banyak yang salah. Pengumuman SNMPTN sebulan setelah ujian
tepatnya tanggal 6 juli 2012. Saya memilih Institut Pertanian Bogor jurusan
Perikanan budidaya, Universitas Jenderal Soedirman jurusan Peternakan, dan
Universitas Jember jurusan Hubungan Internasional. Saya sangat berharap bisa
lolos pilihan pertama yaitu IPB karena teman saya ada yang masuk IPB dan saya
pun sangat menyukai perikanan selain saya menyukai komputer.
Pada
saat tanggal 6 juli saya tidak peduli dengan hasil SNMPTN, saya pergi dengan
teman-teman saya sampai jam delapan malam, padahal pengumuman dibuka pada pukul
tujuh malam. Karena saya sudah dapat kabar dari teman bahwa saya tidak lolos ke
IPB jadi saya sangat pesimis dengan hasil yang lainnya.
Setelah
saya sampai di rumah, saya dengan malasnya membuka notebook saya lalu online
membuka web SNMPTN dan saya masukkan kode saya dan passwordnya,pada saat itu
prosesnya sangat lama mungkin karena banyak yang sedang melihat hasilnya. Tanpa
diduga-duga ada sebuah kalimat yang membuat saya melayang dan gemetar yaitu
“SELAMAT”. Lebih lengkapnya “SELAMAT ATAS NAMA ECKY PRADITA NOMOR xxxxxxxxxx
DITERIMA DI FAKULTAS PETERNAKAN, UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN”. Hati saya sangat
senang sekali, lalu saya beritahukan kepada ibu saya,dan beliaupun sangat
senang dan bangga.
Keesokan
harinya saya mengikuti ujian masuk UNINDRA, dengan senang hati mengerjakan
ujian tersebut karena dalam benak saya sudah terpikirkan suasana di desa yaitu
di Purwokerto. Padahal saat itu soal-soal dari UNINDRA sangat tidak mudah tapi
karena hati saya sedang senang jadi Alhamdulillah saya bisa menyelesaikannya
tepat waktu. Lalu hari berikutnya saya diberitahukan berapa biaya persemester
di UNSOED, saya sangat tercengang dengan biaya yang diberitahukan pihak unsoed.
Setelah
itu saya mendapat pengumuman dari unindra bahwa saya lulus ujian masuk unindra,
saya disudutkan oleh dua pilihan, saat itu saya sangat bingung sehingga saya
meminta pendapat ibu saya. Setelah saya meminta pendapat ibu saya, akhirnya
saya lebih memilih masuk unindra dan unsoed saya lepas. Dalam hati saya
sebenarnya masih sangat tidak rela, karena menurut saya bisa lulus SNMPTN itu
sangatlah sulit, ini merupakan kesempatan yang langka. Tapi apa boleh buat
mungkin belum rezeki saya masuk PTN. Mungkin saya bisa lebih baik di swasta.
Tapi saya tahun ini ingin mencoba lagi SNMPTN karena saya masih penasaran
dengan IPB, dan saya ingin lolos masuk IPB.
Saya
dan ibu hidup di Jakarta sebenarnya banyak saudara-saudara ibu yang tinggal di
daerah yang saya tinggali ini. Tapi tetap saja tidak ada yang membantu ibu saya
yang kesulitan ini, bahkan mereka mencaci ibu saya. Terutama kakak dari ibu
saya, beliau orang yang mampu namun tutup mata dengan keadaan adiknya yang
susah. Ibu kemarin meminjam uang beliau untuk biaya kuliah saya saja tidak
dipinjamkan, beliau mencaci maki ibu saya. Saya sebagai anak sangat tidak
senang, dan saya akan membuktikan kepada Bude (sebutan kakak perempuan dari
orangtua dalam bahasa jawa) kalau saya bisa sukses tanpa bantuan beliau. Dan
saya akan membuktikan kalau saya mampu dan akan melebihi beliau.
Sebenarnya
masih banyak cerita yang ingin saya ceritakan, namun berhubung yang saya ingat
hanya ini, jadi saya akhiri saja. Dan kesimpulan dari cerita hidup saya yaitu,
saya Ecky seorang anak biasa yang terus gigih, semangat, dan rela berkorban
untuk membahagiakan ibu saya yang membesarkan saya dari kecil seorang diri
tanpa adanya seorang suami. Saya hidup sangat kekurangan sejak dahulu dan
selalu prihatin oleh keadaan, jikalau sedang sulit kami menangis bersama, dan
dikala sedang bahagia kami tertawa bersama.
Saya
selalu berjanji dalam hati saya, bahwa saya tidak akan seperti ayah saya. Saya
tidak ingin anak saya kelak merasakan kesedihan yang saya rasakan sejak kecil
sampai sekarang. Saya ingin anak saya kelak mempunyai orangtua yang utuh dan
hidup enak. Harapan untuk ibu saya yaitu jika saya sudah sukses, saya ingin
membuatkan ibu saya rumah dan ingin menaikan ibu saya haji. Dan saya juga
selalu selalu berdoa kepada Allah semoga kami berdua selalu diberikan kesehatan
dan keimanan yang kuat sehingga tidak mudah dijerumuskan oleh bisikan setan.
Menurut
saya cukup sekian biografi singkat mengenai hidup saya, dan banyak kisah hidup
saya yang dapat diambil pelajaran dan sebagai inspirasi kedepannya. Mohon maaf
jika ada kesalahan dalam hal penulisan, saya sangat mengharapkan kritikan dan
saran. Akhir kata saya mengucapakan terima kasih.